Pengertian Bioteknologi, Sejarah Perkembangan, Prinsip Dasar, Produk, dan Implikasinya


Sifat dasar manusia adalah mempunyai rasa ingin tahu. Berawal dari rasa ingin tahu, kemudian berkembang menjadi pengetahuan. Berbekal pengetahuan manusia berusaha memenuhi kebutuhannya dengan cara yang makin mudah, sehingga lahirlah teknologi. Salah satunya adalah bioteknologi yaitu teknologi di bidang biologi.

Tahun 1979. Pada saat itu E.F. Hutton mendapatkan hak paten untuk kata bioteknologi. Istilah tersebut digunakan sebagai penjelasan atas suatu masalah yang berkaitan dengan rekayasa genetika atau genetic engineering.







Selain itu, juga seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin pesat menuntut terpenuhinya segala kebutuhan manusia yang bermuara pada tingkat perbaikan kesejahteraannya.

Seperti halnya yang terdapat dalam pengetahuan biologi, istilah bioteknologi mengacu pada suatu bentuk interaksi antara biologi dengan teknologi yang mencakup semua jenis produksi melalui proses transformasi biologis.

Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya, misalnya bakteri dan kapang.

Selain itu, bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang dikembangbiakkan sebagai konstituen berbagai proses industri.

Penggunaan mikroorganisme tersebut secara terarah dan terkontrol, yang merupakan aplikasi terpadu antara biokimia, mikrobiologi, dan teknologi kimia. Manfaat yang dirasakan manusia dari kegiatan tersebut antara lain dalam bidang industri, kesehatan, pertanian, dan peternakan.

Khususnya penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia secara terpadu mempunyai
tujuan untuk mencapai penerapan teknologi dari kemampuan mikroba dan sel kultur jaringan.

Dalam bioteknologi bidang-bidang ilmu yang harus dipelajari antara lain biologi sel, biokimia, fisiologi, mikrobiologi, genetika, dan biorekayasa.


A. Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi merupakan teknologi yang menggunakan bahan hayati atau sejenisnya guna menghasilkan barang atau jasa dalam skala industri sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia. 
Definisi tersebut merupakan definisi dari bioteknologi secara tradisional atau konvensional.

Adapun definisi bioteknologi modern menyatakan bahwa istilah bioteknologi merupakan teknologi yang menggunakan bahan hayati yang telah direkayasa secara in vitro guna menghasilkan barang atau jasa dalam skala industri sebagai sarana pemenuhan kebutuhan manusia.

Berdasarkan dua pengertian bioteknologi tersebut, maka bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa genetika secara terpadu untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi kepentingan manusia. 

Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme. Adapun rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu organisme ke organisme lain. 

Ciri-ciri utama bioteknologi sebagai berikut.
a. Adanya agen biologi berupa mikroorganisme, tumbuhan, atau hewan.
b. Adanya pendayagunaan secara teknologi dan industri.
c. Produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.

Berbagai kebutuhan manusia telah terpenuhi dengan adanya bioteknologi tersebut, di antaranya penyediaan berbagai jenis makanan, seperti tempe, brem, keju, roti, kecap, dan berbagai jenis minuman, seperti anggur, sake, bir, yogurt, dan vitamin. Selain dalam bidang pangan tersebut, bioteknologi juga diterapkan dalam bidang kesehatan (misalnya untuk menghasilkan obatobatan),
di bidang pertanian (misalnya untuk menghasilkan pupuk, untuk mendapatkan bibit tanaman yang bervarietas unggul dan tahan hama), dan di bidang yang lainnya.

Menurut Perhimpunan Bioteknologi Eropa, 

bioteknologi diartikan sebagai penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia secara terpadu dengan tujuan untuk penerapan teknologi dari kapasitas mikroba dan sel-sel jaringan yang dibiakkan. 

Dalam penerapan yang lain, bioteknologi saat sekarang biasa untuk rekayasa genetik. Rekayasa genetik merupakan usaha mengubah atau memanipulasi bahan atau materi genetik organisme secara invitro dengan menambah, mengganti, mengurangi, atau memodifikasi gen sehingga didapatkan organisme dengan ciri kemampuan yang baru.

Gen-gen yang digunakan untuk rekayasa genetik dapat berasal dari organisme sejenis atau organisme yang berbeda jenis tanpa mengenal batas spesies. Rekayasa genetik dilakukan dengan cara yang disebut teknik rekombinan DNA. Teknik ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan peralatan yang canggih.

B Perkembangan Bioteknologi

Dalam perkembangannya, bioteknologi banyak didukung ilmu-ilmu yang berbasis molekuler seperti biologi molekuler, genetika molekuler, sel, jaringan dan biokimia. Dukungan yang tak kalah pentingnya yaitu dari sarana komputer yang memadai (canggih), karena bidang kajian bioteknologi
adalah fenomena hayati pada tingkat molekuler yang memerlukan efisiensi serta akurasi perhitungan-perhitungan yang rumit.


Perkembangan bioteknologi dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan sebagai berikut.

1. Bioteknologi pada era generasi pertama

Bioteknologi sederhana pada produksi makanan dan tanaman serta pengawetan makanan melalui penggunaan mikroba secara tradisional.

Pada tahun 6000 SM orang-orang Babilonia telah berhasil membuat bir dengan fermentasi jasad renik. Peristiwa ini merupakan proses bioteknologi yang tertua. 

Tiga ribu tahun kemudian, orang-orang Sumeria mampu mengembangkan pembuatan bir hingga memiliki berbagai cita rasa (20 macam). Hingga saat sekarang, bioteknologi dapat memberdayakan jenis-jenis minuman serta tanaman dalam varietas yang beragam. 

Contoh-contoh produk era ini antara lain pembuatan tempe, tape, dan cuka.

2. Bioteknologi pada era generasi kedua

Proses bioteknologi yang berlangsung dalam keadaan tidak steril. Peristiwa ini merupakan bentuk fermentasi di tempat yang terbuka, sehingga dapat memungkinkan terkontaminasi oleh mikroorganisme lainnya. 

Fermentasi adalah suatu proses perombakan dari senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Beberapa jenis produk yang dihasilkan oleh bioteknologi ini, antara lain etanol, asam asetat, asam sitrat, asam laktat, dan gliserin. 

Sekarang proses pembuatan kompos atau pengolahan limbah juga merupakan contoh jenis bioteknologi fermentasi ini.

3. Bioteknologi pada era generasi ketiga

Proses bioteknologi yang berlangsung dalam kondisi steril.
Bioteknologi jenis ini merupakan proses-proses biologis atau fermentasi di tempat yang tertutup sehingga menjaga jangan sampai ada mikroorganisme luar yang mengontaminasi.

Beberapa contoh produk hasil bioteknologi ini, antara lain jenis obat-obat antibiotika (pinisilin, tetrasiklyn, streptomisiyn, kloromfenikol, dan vitamin B12, giberin, kortison atau steroid lainnya, asam amino terutama asam glutamat, dan berbagai enzim.

4. Bioteknologi pada era generasi baru

Proses bioteknologi yang diterapkan pada hasil keilmuan baru (bioteknologibaru).
Berbagai hasil keilmuan baru tentang penerapan bioteknologi sebagai berikut.

1) Penelitian tentang enzim

Mempelajari tentang aktivitas sel-sel dan enzim yang diatur aktivitasnya. Salah satu contohnya adalah produksi insulin, interferon, dan antibodi monoklonal.
Mikroba dan Enzim yang Bermanfaat
Mikroba dan Enzim yang Bermanfaat

2) Keilmuan tentang rekayasa genetika

Rekayasa genetik merupakan usaha untuk mengubah
atau memanipulasi bahan/materi genetik suatu organisme secara invitro melalui penambahan, penggantian, pengurangan, atau modifikasi gen sehingga diperoleh ciri-ciri dengan kemampuan baru. Penambahan gen dilakukan dengan teknologi rekombinan DNA atau yang sering disebut kloning gen. Misalnya, membuat DNA rekombinan yang memiliki program untuk membuat insulin. 

Insulin adalah protein yang bertugas mengontrol metabolisme gula darah dalam tubuh manusia. Teknologi ini memberikan kesempatan tak terbatas bagi terbentuknya kombinasi baru dari gen, yang tentunya tidak akan terjadi secara alami pada kondisi normal.

Rekayasa genetik dimulai sejak Mendell menemukan faktor yang diturunkan, kemudian sebuah penelitian terhadap transfer DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lainnya melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. 

Plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.


Di Indonesia, pengembangan bioteknologi dilakukan di beberapa lembaga, seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Teknologi rekombinan DNA ini dapat dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.

Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA
a) Pelacakan DNA target dari organisme donor untuk diekstraksi. Selanjutnya, DNA target dipotong
secara enzimatik dan diligasi (digabungkan) ke DNA yang lain (vektor kloning) untuk membentuk
DNA rekombinan (DNA insert contruct).

b) Vektor dengan insert ini, kemudian dipindahkan dan dipelihara di dalam sel inang. Pemasukan DNA ke sel inang/bakteri dikenal dengan istilah transformasi.

c) Sel-sel inang yang dapat mengalami transformasi kemudian dipisahkan dan diisolasi dari sel-sel yang tidak mengalami transformasi, serta ditumbuhkan.

d) Jika diperlukan, DNA rekombinan (DNA) tersebut dapat dimanipulasi untuk meyakinkan bahwa
produk protein yang dikodekan oleh DNA klon diproduksi oleh sel inang.

Pembentukan DNA rekombinan, dimulai dari pemotongan dengan enzim-enzim endonuklease restriksi (endonuklease = enzim yang memotong/mencerna DNA, restriksi memotong untai DNA pada posisi/ urutan basa N spesifik) sampai dengan digabungkan dan terbentuk DNA rekombinan.

Enzim-enzim tersebut ditemukan di dalam bakteri dan secara normal digunakan untuk melindungi dirinya sendiri dari infeksi virus. Enzim tersebut akan memotong DNA bervirus menjadi potongan-potongan yang tidak membahayakan tanpa melakukan perusakan pada DNA bakterinya sendiri.


3) Teknik kultur jaringan

Teknik pengembangbiakan secara vegetatif pada organisme makin canggih. Hal ini sejak ditemukannya teknik klon, yaitu produksi suatu organisme dari satu sel tunggal yang diambil dari tubuh sel tumbuhan atau hewan. Sel tunggal ini merupakan somatik dan bukan sel kelamin sehingga sel ini mengandung dua perangkat kromosom. 

Perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan
Jadi, sel ini memiliki semua informasi genetik yang diperlukan untuk menghasilkan suatu individu yang lengkap pada saat dirangsang untuk tumbuh. Teknik peng-klon-an pada sel tumbuhan dirasakan lebih mudah dibandingkan dengan sel hewan, karena sel tumbuhan memiliki sifat yang lebih
sederhana. Sel tumbuhan juga memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan untuk membentuk tubuh
secara lengkap dengan akar, batang, dan daun.

Totipotensi pertama kali dikenalkan oleh G. Haberlandt seorang ahli fisiologi Jerman. Selanjutnya, diperkuat oleh F.C. Steward yang berhasil membuktikan totipotensi dari satu sel wortel yang dikultur pada medium tertentu dan kemudian menghasilkan tanaman wortel yang utuh dan lengkap.

Totipotensi dikembangkan sebagai dasar dalam mengembangkan tumbuhan secara invitro atau kultur
jaringan, yaitu mengembangbiakkan tumbuhan secara vegetatif dengan menggunakan sebagian jaringan pada media tertentu. Media yang dimaksudkan adalah media yang harus mengandung semua kebutuhan yang diperlukan seperti unsur makro, mikro, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, vitamin, dan bahan organik lainnya. 

Beberapa keuntungan dari penggunaan kultur jaringan sebagai berikut.
a) Propagasi klonal, yaitu didapatkannya turunan secara genetik yang identik dengan induknya atau
seragam dalam jumlah yang besar.


b) Dapat dipergunakan sebagai pemuliaan tanaman, seperti seleksi, kultur anther atau polen, kultur
protoplas, dan fusi protoplas.

c) Dapat diperoleh tumbuhan yang bebas dari virus, karena menggunakan eksplan yang benar-benar
bebas virus.

d) Metabolisme sekunder, yaitu sifat totipotensi yang tidak terbatas pada struktur, tetapi menyangkut
kemampuan mensintesis bahan kimia alami.

e) Dipergunakan untuk pelestarian plasma nutfah.

4) Teknik pengindraan secara molekuler

5) Kelengkapan rancang bangun suatu alat untuk menumbuhkan mikroba yang memungkinkan berlangsungnya suatu reaksi biologi.

6) Teknik bayi tabung

Dengan penemuan teknik laparoskopi, memungkinkan sel sperma suami dan sel telur istri difertilisasikan dalam cawan petri atau dalam tabung (in vitro). 

Karena pembuahan terjadi di luar, maka teknik ini disebut dengan fertilisasi in vitro (dalam tabung).

Hasil pembuahan tersebut, kemudian ditanamkan kembali ke dalam rahim istri, sehingga istri dapat
mengandung dan melahirkan anak sebagaimana biasanya. Bayi yang diproses seperti tersebut dinamakan bayi tabung. 

Teknik ini pertama kalinya dikenalkan oleh Steptoe dan Edward dari Inggris pada tahun 1977. Teknik bayi tabung ini biasanya dilakukan jika pasangan suami istri dinyatakan secara medis
dalam keadaan normal namun karena sesuatu hal sulit untuk terjadinya fertilisasi. Kesulitan tersebut bisa disebabkan tersumbatnya saluran tuba fallopii oleh sesuatu atau adanya antibodi sel benih suami.

7) Teknologi Hibridoma

Teknologi hibridoma adalah suatu cara untuk menyatukan dua sel dari jaringan-jaringan berbeda suatu organisme yang sama atau bahkan organisme yang berbeda, sehingga diperoleh satu sel tunggal (sel hibrid). Selanjutnya, sel hibrid dapat dikembangbiakkan, sehingga diperoleh bertriliun-triliun sel, yang masing-masing mengandung satu set gen komplit dari dua sel aslinya. Sebagai contoh, salah satu dari dua sel yang asli mungkin berupa sel manusia. 

Sel tersebut khusus mensekresikan produk yang berguna seperti antibodi atau hormon. Hormon atau antibodi disekresikan dalam jumlah sangat sedikit, karena hasil produksi dikendalikan mekanisme pengaturan sel yang normal.

Jika sel tersebut dilebur dengan sel kanker (sel yang tidak memiliki pengendalian normal terhadap pertumbuhan dan sintesis protein), maka produksi hormon atau antibodi secara dramatis meningkat. 

Peristiwa peleburan dua sel seperti tersebut, menghasilkan sel hibrid dan dikenal sebagai hibridoma (hibrid = sel asli yang dicampur, oma = kanker). 

Tujuan teknik hibridoma adalah untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang besar, sehingga dapat digunakan untuk diagnostik dan terapeutik. Selain itu, teknik ini merupakan jalan untuk menyilang atau memotong dalam spesies secara genetik pada sel eukariotik yang tidak dapat
diselesaikan dengan cara peleburan gamet secara seksual. 

Secara umum sel-sel tidak melebur secara otomatis, sehingga ilmuwan berusaha merancang
teknik laboratorium untuk menstimulir sel-sel tersebut berfusi atau bergabung.

8) Tanaman Transgenik

Tanaman transgenik merupakan jenis tanaman hasil rekayasa genetika. Teknik pembuatan jenis tanaman ini hampir sama dengan teknik pembuatan insulin. Biasanya dalam tanaman yang direkayasa tersebut dimasukkan beberapa sifat, seperti tahan hama, tahan gulma, mampu memproduksi protein tambahan, dan sebagainya.

Bunga ini disematkan gen yang tidak sensitif terhadap etilen,
zat yang menyebabkan layu pada bunga. Usia 3 pekan, bunga tetap segar

Sapi transgenik. bernama Herman. Memiliki gen penghasil HLF
(Human Lactoferin). Susu yang dihasilkan sapi ini mengandung Laktosa yang sama dengan ASI 

Tanaman Tembakau yang disematkan Gen penghasil Protein Berpendar 



C. Prinsip Dasar Bioteknologi

Sesuai dengan definisi dari bioteknologi itu sendiri, maka prinsip dasar dari bioteknologi adalah memanipulasi atau merekayasa bahan hayati dengan unsur teknologi untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang dapat dipergunakan bagi kebutuhan manusia.

D. Peran Bioteknologi pada Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat

Perkembangan bioteknologi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan mikroorganisme. Salah satu contohnya, yaitu pada proses fermentasi yang dibantu keberadaan mikroorganisme. Mikroorganisme yang paling banyak berperan dalam proses fermentasi maupun pembusukan bahan makanan adalah bakteri dan jamur, yang terdiri atas kapang, khamir, dan virus.


1. Bidang Bahan Makanan

Dalam perkembangan tentang bahan makanan saat sekarang ini banyak dipengaruhi oleh bantuan mikroorganisme yang menguntungkan. Berdasarkan hasil percobaan, berikut ini ditampilkan tabel pemanfaatan mikroorganisme baik fermentasi substrat padat, hasil, dan mikrobanya.

2. Bidang Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, mikroorganisme banyak menghasilkan berbagai jenis antibiotika dan vaksin. Baik mikroorganisme yang termasuk kelompok bakteri, fungi, atau jamur. Berbagai kemajuan bioteknologi dalam bidang kesehatan telah mampu membantu kehidupan manusia, seperti contoh berikut ini.
a. Di Jerman telah mampu memengaruhi proses pertumbuhan suatu mikroorganisme yang dapat menghasilkan senyawa kimia cobaltaminea, yaitu sejenis vitamin B1 yang berperan dalam pembentukan darah.

b. Di Jepang, kegiatan bioteknologi mampu menghasilkan enzim pencernaan yang diperlukan oleh penderita kencing manis (diabetes melitus).

c. Penemuan vaksin cacar dari serum darah oleh Edward Jenner.

d. Penemuan antibiotika pertama oleh Louis Pasteur dari jamur Penicillium sp. Antibiotika adalah bahan-bahan bersumber hayati yang pada kadar rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Antibiotika tersebut sangat manjur untuk mengobati penyakit, khususnya penyakit yang diakibatkan perkembangan mikroorganisme.

3. Bidang Pertanian

Dalam bidang pertanian, peranan mikroorganisme sangat penting. Hal ini mengingat telah terjadi hubungan antara tumbuhan dan hewan. Dari beberapa uji coba, akhirnya ditemukan salah satu bakteri seperti Bacillus thuringensis. Hasil ekskresi dari bakteri ini dikembangkan dan dibuat menjadi pestisida. Selain itu, jenis bakteri Bdellovibrio bacteriovorus, yang bersifat parasit terhadap bakteri lain, juga digunakan sebagai penghasil pestisida.

4. Bidang Lingkungan

Dampak perkembangan teknologi dan industri pada akhir abad 20-an memberi banyak kerugian, khususnya kerugian dalam lingkungan. Kerusakan lingkungan oleh pengolahan industri yang tidak bertanggung jawab menjadi akar permasalahan dalam kehidupan manusia. Banyak zat-zat berbahaya yang dibuang ke alam tanpa bertanggung jawab, seperti etanol, asam asetat, asam organik, butanol, dan aseton.

Oleh karena itu, perlu pengolahan air limbah dan pembuatan kompos. Peran mikroorganisme dalam dekomposisi dan detoksifikasi air selokan, akan membantu mengurangi pencemaran pada pembuangan limbah industri kimia.

Untuk itu, upaya mengembangbiakkan mikroorganisme yang dapat mencerna limbah-limbah atau bahan pencemar lainnya selalu dilakukan.

5. Bidang Industri

Dalam bidang industri peranan mikroorganisme dapat dijumpai pada teknologi pemisahan logam. Beberapa jenis bakteri ada yang dapat hidup pada logam, misalnya bakteri besi Thiobacillus ferroxidans yang mampu mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III), dengan reaksi sebagai berikut.
4Fe2+ + 4H+ + O2 􀁿==>4Fe3+ + 2H2O
Bakteri tersebut mirip dengan Thiobacillus thiooxidants yang dapat mentoleransi nilai pH hingga 2,5 dengan mendapatkan energi dari senyawa-senyawa belerang dan ion-ion Fe2+. Habitat bakteri ini di perairan yang asam dari bijih logam, terutama sulfida logam, seperti FeS2.

Dengan proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-senyawa belerang tereduksi atau belerang unsur menjadi asam sulfat dari Fe3+, maupun oleh oksidasi secara kimia logam berat yang tidak larut menjadi sulfat logam, maka bakteri yang berada dalam bijih besi mampu memisah dari bijih besinya.

Bakteri juga dapat melakukan penyediaan asam belerang pada pemisahan bijih logam yang dilakukan oleh dua macam bakteri tersebut di atas. Selain bijih besi yang dipisahkan, juga bisa tembaga (Cu), seng (Zn), kobalt (Co), emas (Au), dan uranium. Contoh bakteri lain yang dapat dimanfaatkan dalam bioteknologi sebagai berikut.

a. Gallinella ferruginea, mampu mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+, yang hidup di lapisan besi oksidasi pada air buangan.

b. Leptothrix ochracea, mampu mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+, yang hidup di lapisan besi oksidasi pada air buangan.

c. Leptothrix discopharus, mampu mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn4+.

E. Implikasi Bioteknologi

1. Pengembangan Bioteknologi

Dalam perkembangan bioteknologi, makhluk hidup memiliki potensi untuk digunakan sebagai donor gen ataupun penerima gen dalam rekayasa genetik, tergantung pada produk yang akan dibuat. Salah satu contohnya, di bidang peternakan dikembangkan teknik-teknik yang secara komersial menguntungkan, misalnya teknik embrio transfer pada sapi, domba, kambing, dan babi. Teknik ini dikembangkan secara menyeluruh dari cara seleksi donor, perangsangan superovulasi, koleksi embrio, evaluasi embrio, seleksi resipien, dan teknik mentransfer embrio.

In vitro fertilization (IVF) dan oocyte maturation juga dikembangkan dan berhasil dengan baik pada hewan atau manusia. 

Pada hewan ternak kombinasi antara IVF dan embrio transfer merupakan teknik yang menarik. Kedua teknik ini memungkinkan hewan dapat memberikan keuntungan sebagai donor terus-menerus, menyuplai banyak oocyte untuk meningkatkan mutu, dan pelipatgandaan hewan produksi. 

Seperti contoh hewan yang berhasil dikembangkan dengan jalan kloning, yaitu domba dolly, ikan karper, kera NETI (Nuclear Embryo Transfer Infant) dan ditto, kucing, sapi, dan sebagainya. Dalam bidang pertanian, lahirnya tanaman transgenik seperti telah diuraikan pada halaman sebelumnya.

2. Bioteknologi dan Hak atas Kekayaan Intelektual(HAKI)

Perkembangan bioteknologi yang makin pesat, berdampak pada pengadaan proyek dalam skala besar. Terkait dengan hal tersebut maka ada alasan ekonomi untuk melakukan berbagai upaya pengadaan suatu produk bioteknologi.
Untuk itu, kepemilikan adanya HAKI (Hak Atas Kepemilikan Intelektual) mutlak harus dipunyai seorang ilmuwan atau penemu suatu keilmuan, khususnya dalam bidang bioteknologi.
Penemuan-penemuan baru yang dimiliki tersebut dilindungi. Secara hukum ada kesepakatan internasional yang mengaturnya yaitu Convention on Biological Diversity dan World Trade Organization.

Saat sekarang, gen atau bagian gen, bahkan gen manusia telah dipatenkan. Pada tahun 1997, kurang lebih 1.100 gen telah dipatenkan. Perlindungan paten ini telah menjadi bagian dari kesepakatan internasional.

3. Bioteknologi dan Keamanan Hayati (Biosafety)

Untuk menjaga dampak negatif dari pengembangan bioteknologi, di tingkat internasional telah diakui dan ditandatangani sebuah konvensi yang mengikat secara hukum, yaitu Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity, 1992) yang tidak ikut ditandatangani oleh Amerika Serikat. Indonesia telah meratifikasinya sebagai Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. Sebagai tindak lanjut konvensi tersebut, telah disepakati pula Cartagena Protocol
on Biosafety (Protokol Cartagena tentang Pengamanan Hayati).


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »