A. Keanekaragaman Hayati
Semua makhluk hidup memiliki beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat makhluk hidup tersebut adalah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat sisa, bergerak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan memiliki bahan genetik. Selain kesamaan (keseragaman) tersebut, berbagai makhluk hidup juga memiliki banyak keragaman (beraneka ragam).
Ketika kalian mengamati berbagai jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan, protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan adanya sifat-sifat yang
beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya terdapat antarkelompok atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu spesies.
beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya terdapat antarkelompok atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu spesies.
Pada ayam, misalnya, kita mengenal berbagai jenis ayam, yaitu ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut memiliki perbedaan tertentu.
Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam kampung misalnya, juga memiliki beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini menunjukkan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar pun antara satu dengan yang lain memiliki ciri tertentu yang membedakannya.
Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran,
serta ciri-ciri lainnya.
Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah.
Keanekaragaman ini terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan
yang memengaruhi fenotip (ekspresi gen).
1. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau segmen dari rantai terpilin (ADN).
Setiap individu memiliki susunan gen yang khas, meskipun jumlah gennya sama. Gen-gen tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Contohnya pada tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu. Contoh lain adalah variasi warna pada bunga tembelekan. Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna tersebut di kendalikan oleh gen.
2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat.
Contohnya adalah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar sedangkan krangkungan tumbuh tegak.
Contoh lain adalah pada genus Ficus, misalnya antara pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon preh (Ficus ribes).
3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem.
Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan gugur, hutan tropis,
padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan sebagainya.
Pada lingkungan lain, kita dapat mengamati bahwa ikan yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan
deras berbeda dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa sungai aliran deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.
Hutan hujan tropis |
Areal persawahan |
Ekosistem biota laut |
B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni setelah Brazil. Hutan hujan tropis kita kaya akan flora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia.
Contoh Kepadatan Spesies Tanaman Berpembuluh, Indonesia paling padat kedua setelah Brazil (ditandai dg warna ungu-merah) |
Penyebab Tingginya Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung oleh beberapa hal.Wilayah Indonesia terletak pada dua kawasan biogeografi, yaitu Oriental dan Australia, sehingga Indonesia memiliki sebagian kekayaan jenis hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman jenis yang dimiliki.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai tipe topografi yang dapat berfungsi sebagai penghalang perpindahan anggota berbagai jenis hayati atau memiliki faktor alam yang khas sehingga memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis baru dari modal jenis yang telah ada.
Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia mendapat tambahan kekayaan jenis hayati dari perilaku migrasi.
Conservation International melihat Indonesia sebagai salah satu dari 17 negara 'Mega-Diversity'. Indonesia memiliki 2 dari 25 hotspot dunia.
(Hotspot singkatan dari Biodiversity Hotspot, adalah sebuah wilayah tempat tinggal satwa/tanaman endemik yang tidak dapat digantikan oleh wilayah lain).
Meski luas negeri kita hanya 1,5 % dari permukaan bumi, namun negeri ini menampung 10% spesies bunga dunia, 12% mamalia dunia, 16% spesies reptil dan ampibi, 17% spesies unggas, dan 25% spesies ikan. Bangganya aku dengan negeriku... hiks...
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutan-hutan di daerah lainnya. Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak kalian temukan di luar Kalimantan.
(Hotspot singkatan dari Biodiversity Hotspot, adalah sebuah wilayah tempat tinggal satwa/tanaman endemik yang tidak dapat digantikan oleh wilayah lain).
Meski luas negeri kita hanya 1,5 % dari permukaan bumi, namun negeri ini menampung 10% spesies bunga dunia, 12% mamalia dunia, 16% spesies reptil dan ampibi, 17% spesies unggas, dan 25% spesies ikan. Bangganya aku dengan negeriku... hiks...
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutan-hutan di daerah lainnya. Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak kalian temukan di luar Kalimantan.
Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang memiliki tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan hutan di Kalimantan.
1. Persebaran Tumbuhan
Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di Sumatra, Kalimantan, dan Filipina bagian utara. Contoh tumbuhan tersebut adalah meranti, palem, dan salak.
Rafflesia arnoldi |
Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik, yaitu Rafflesia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga bangkai ini hanya bisa ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya
endemis.
Selain Rafflesia arnoldii di Sumatra, tanaman endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua juga memiliki pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata).
Berbagai daerah lain di Indonesia juga memiliki jenis tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa.
Contoh lain adalah salak (Salacca edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra.
2. Persebaran Hewan
Secara geografis, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber. Garis-garis khayal tersebut menunjukkan adanya perbedaan persebaran hewan (fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya,
Kepulauan kita antara Asia dan Australia |
Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing
daerah tersebut memiliki berbagai jenis hewan yang khas.
Daerah di sebelah barat garis Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memiliki berbagai jenis fauna Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut adalah gajah, tapir, badak bercula satu, harimau Sumatera, orang utan, kera bekantan, dan beruang madu. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan hewan menyusui yang berukuran besar, berbagai macam kera, dan ikan air tawar.
Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok, misalnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan beberapa jenis hewan berkantung, misalnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain adalah komodo, babirusa, dan kuskus.
Daerah di antara dua Garis Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea. Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang. Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin berkurang. Dengan demikian, marsupialia dapat ditemukan di daerah Wallacea dan burung pelatuk oriental juga dapat dijumpai di sebelah timur Wallacea.
Sementara itu, hewan-hewan oriental misalnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi Garis Wallace sampai ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain misalnya anoa, maleo, dan tarsius.
Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan hewan oriental bajing dan harimau, tetapi hewan ini tidak menyebar ke Lombok.
Sedangkan di Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan hewan Australian Oposom dan burung kakak tua (fauna Australian), namun kedua hewan tersebut tidak ditemukan di Kalimantan.
Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian, maupun peralihan, beberapa hewan tersebut adalah hewan-hewan khas Indonesia. Beberapa jenis asli Indonesia yang saat ini terancam punah adalah orang utan
(endemik di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat),dan anoa (endemik di Sulawesi).
C. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dan
Permasalahannya dalam usaha mengambil manfaat tersebut, aktivitas manusia seringkali menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai konsekuensinya, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan.
1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan.
Mereka mengetahuai pola tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia.
Mereka mengetahuai pola tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia.
Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga mencakup sumber daya hayati laut dan hewan daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hampir semua produk laut untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik (mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman,kecap, dan terasi.
Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.
Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan. Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan.
Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, manusia memiliki tambahan berbagai kebutuhan, yang disebut kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder antara lain berupa sarana rekreasi (taman wisata dan hutan wisata), sarana konservasi/pelestarian (taman nasional, hutan lindung, dan cagar alam), sarana pendidikan (taman nasional,cagar alam, hutan lindung, kebun raya, dan kebun binatang).
2. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati, Ancaman dan Upaya Pelestariannya
Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia memang dinilai sangat menguntungkan karena banyak di antara jenis hayati yang ada memiliki manfaat sebagai bahan obat, bahan bangunan, bahan dasar industri, maupun bahan-bahan lain yang sangat diperlukan baik oleh Indonesia sendiri maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara langsung tidak atau kurang bermanfaat bagi kehidupan manusia pun ternyata sangat penting untuk mendukung kehidupan jenis hayati yang diperlukan oleh manusia.
Keanekaragaman hayati yang tinggi juga menyebabkan banyak di antara jenis hayati Indonesia memiliki populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis) sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak, jenis megaherbivora, jenis-jenis
yang berbiak dalam kelompok, dan jenis-jenis yang melakukan migrasi.
Berbagai kegiatan manusia juga menyebabkan beberapa kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa pemanfaatan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya. Kegiatan lain adalah penebangan kayu yang menyebabkan terjadinya fragmentasi hutan. Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya dapat hidup di tengah rimba tidak dapat bertahan hidup karena kehilangan habitat. Contohnya adalah orang utan (Pongo pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis kera besar yang habitatnya adalah pepohonan dengan kanopi yang lebat.
Orangutan; terpaksa hidup diatas tanah yang sedikit ketersediaan makanannya, karena habitatnya berupa kanopi lebat sdh berkurang. |
Akibat fragmentasi habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang akan bahan makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa digunakannya untuk menapak di lantai
hutan.
Upaya manusia dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali menimbulkan ancaman karena manusia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terkadang melakukan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akibat negatifnya menjadi ancaman bagi berbagai jenis hayati yang ada.
Di bidang pertanian, manusia seringklali menggunakan insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang dapat meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam dosis dapat. Tetapi, jika dosisnya berlebihan akan menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati karena ikut meracuni organisme nontarget.
Selain pertanian, penebangan liar juga menyebabkan ekosistem hutan terganggu.
3. Penyebab Terjadinya Ancaman Keanekaragaman Hayati
Setidaknya terdapat enam hak besar yang mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati, yaitu;
1. Bencana Alam.
Bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir, gunung meletus, tsunami, badai, angin tornado dapat menyebabkan berkurangnya populasi makhluk hidup atau bahkan hilangnya spesies endemik tertentu dari muka bumi. Tingkat kerusakan ekosistem karena peristiwa ini cukup besar, namun karena kemungkinan kejadiannya tidak rutin dan sagat jarang, pemulihan ekosistem karena kerusakan bencana alam jauh lebih mudah.
2. Perambahan Hutan
Hutan adalah habitat dari ratusan spesies yang tinggal di dalamnya. penebangan hutan entah untuk lahan perkebunan, atau penebangan liar tetap mengubah fungsi hutan dari yang tadinya berperan sebagai habitat asli banyak spesies, menjadi lahan produksi untuk kepentingan sesaat manusia.
3. Konversi hutan menjadi lahan 'produktif'
Peran hutan sebagai paru-paru dunia dan habitat asli makhluk hidup serngkali tidak dianggap lebih produktif dibandingkan lahan pertanian, perkebunan, peternakan atau industri. Pengubahan menjadi lahan produktif menyebabkan kelangsungan hidupratusan spesies terancam .
4. Polusi
Polusi secara langsung menyebabkan lingkungan hidup hewan dan tumbuhan berubah menjadi suatu kondisi yang tidak senyaman sebelumnya, bahkan bisa menyebabkan kematian atau setidaknya mengurangi ketersediaan makanan yang berkualitas bagi hewan liar.
5. Pemanasan Global
Pemanasan global menyebabkan iklim dan cuaca berubah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya migrasi hewan ke daerah lain yang lebih nyaman. Pemanasan global juga dapat menyebabkan naiknya air laut yang menjadi penyebab semakin sempitnya lahan guna memenuhi kebutuhan manusia maupun hewan liar.
6. Perburuan
Jika manusia melakukan perburuan liar, maka berbagai jenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga, daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi memiliki hobi yang membunuh ini. Mereka dengan bangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa bersalah telah membunuh berbagai hewan yang tidak berdosa.
4. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Untuk mengatasi berbagai kerusakan yang mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, manusia melakukan berbagai tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana, reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator, dan berbagai usaha pelestarian lainnya.
Penebangan hutan yang dilakukan dengan terencana (sistem tebang pilih) akan dapat mengurangi resiko bencana alam akibat penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti dengan reboisasi
atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali berbagai jenis pohon.
Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan punah, meskipun pertumbuhannya
memerlukan waktu yang lama.
Selain reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian hama dengan hewan predator lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida dan insektisida., karena tidak menggangu keseimbangan ekosistem.
Untuk mendukung kelestarian berbagai jenis hayati, dilakukan berbagai usaha pelestarian hewan dan tanaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ.
Pelestarian secara in situ adalah pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya adalah dengan mendirikan cagar alam.
Sedangkan secara ex situ pelestarian tersebut dilakukan di luar habitatnya, misalnya dengan penangkaran. Dengan penangkaran ini, berbagai jenis hewan yang sulit berkembang biak di habitat aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya adalah penangkaran harimau di
kebun binatang Ragunan. Perhatikan.
Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982,
ditetapkan enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas.
Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda. Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gen-gen tiap jenis makhluk hidup).
Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan sistem air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlindungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di kawasan yang bersangkutan. Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam
Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan harimau Jawa.
8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.
Harimau Jawa dan Harimau Bali; dinyatakan Punah
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang menyempitkan habitat hidupnya (www.wikipedia.org).
Foto ini diambil tahun 1938. Meskipun beberapa ahli meyakini harimau ini masih eksis di hutan-hutan di pelosok Jawa, kita belum bisa melihat bukti keberadaannya berupa foto ataupun bukti lainnya.
Anak cucu kita, atau bahkan kita sendiri tidak bisa melihat wujud Harimau Jawa ini secara langsung.
Semoga, sisa-sisa spesies Harimau Jawa bisa tetap bertahan untuk kemudian kita bantu dan dukung keberadaannya. Dan semoga, ini hanya terjadi pada Harimau Jawa dan Harimau Bali.
Penyebaran jenis Harimau di dunia |
1 comments:
commentsTerima kasih buat infonya,,
Reply